[PART 1] Your Eyes Tell
Cerpen

[PART 1] Your Eyes Tell


Judul: Your Eyes Tell
Karya: ViaViiaa

 

Disarankan untuk membaca cerpen RUN terlebih dahulu. Klik disini untuk baca.

 


“Noona, mungkin ini terlambat. Tapi aku benar-benar minta maaf karena sudah menyakitimu Noona. Aku terpaksa melakukan semua ini karena tidak mau terjadi sesuatu padamu.

Aku mencintaimu Noona.

Sekali lagi, maafkan aku Noona.
Jika masih ada kesempatan, aku ingin memperbaiki semuanya.
Juga banyak hal yang perlu aku bicarakan.”

 

 

 

Tiga tahun yang lalu . . .

 

Hyung” ucapku setelah pintu terbuka dan menampakkan seorang pria yang berusia tujuh tahun lebih tua dariku.

“Oh, Jung-Hwa. Ada apa?” ucapnya mengalihkan pandangan dari laptop saat mendapati entitasku di ujung pintu.

Dia adalah kakak kandungku, Dae-Jung. Bekerja sebagai dosen di salah satu universitas di Seoul.

“Hanya mampir, memangnya ngga boleh?” ucapku sambil berjalan menuju salah satu kursi yang tak jauh dari meja Dae-Jung hyung.

“Yaya boleh, tapi lima belas menit lagi aku ada kelas.”

“Ngga masalah, aku hanya mampir sebentar karena tadi kebetulan lewat depan kampus hehe”

“Dan kamu kangen dengan hyung mu yang tampan ini. Ya kan?” ucapnya dengan melipat kedua tangan didepan dada, lengkap dengan kedua alis yang naik-turun.

Aku hanya terdiam, menganga tak percaya dengan tingkah hyung-ku yang sangat percaya diri.

“Terserah hyung deh” ucapku dengan merotasikan kedua bola mataku.

“Hahaha oke lupakan. Kamu kesini sama siapa?”

“Sama manajerku, dia ada di depan.”

“Loh, kok ngga ikut masuk?”

“Katanya ingin bersantai menikmati udara kampus”

“Astaga, ada-ada aja emang manajermu itu” ucapnya dengan sedikit tertawa, sedangkan aku hanya berdehem pelan.

 

Tok Tok Tok

 

“Pakai maskermu” ucap Dae-Jung hyung saat mendengar suara ketukan pintu. Aku hanya mengangguk kemudian memakai maskerku.

“Iya, masuk.”

“Permisi Ssaem, saya mau mengumpulkan tugas tadi pagi.” ucap cewek tersebut.

“Ini sudah mengumpulkan semua atau ada yang belum?”

“Sudah semua Ssaem

“Baiklah, terimakasih”

“Sama-sama Ssaem, saya permisi.” ucap cewek tersebut sambil membungkukkan kepala, kemudian berlalu untuk keluar dari ruangan.

Hyung, siapa?” tanyaku, masih dengan kedua bola mata menatap pintu yang kini telah tertutup sempurna.

“Apanya yang siapa?”

“Itu, yang barusan?”

“Ngga tahu”

“Hah?” sontak aku memalingkan pandanganku ke arah Dae-Jung hyung, yang beberapa menit kemudian dibalas dengan hembusan nafas.

“Mahasiswa di kelasku itu ada banyak. Aku tidak hafal semua nama mereka. Tapi aku cukup familiar dengan anak itu tadi. Tentu saja karena memang dia ada di kelasku.”

“Tolong cari tahu, hyung

“Maksudnya?” tanyanya masih dengan merapikan beberapa lembar tugas yang baru diterima.

“Aku ingin tahu namanya”

What? Untuk apa? Jangan aneh-aneh Jung-Hwa” memalingkan wajah ke arahku lengkap dengan tatapannya yang mengintimidasi.

“Kok aneh-aneh sih hyung? Aku kan hanya ingin tahu namanya”

“Tidak, pasti ada alasan dibalik itu”

“Sungguh, aku hanya penasaran hyung” ucapku santai.

“Hah, baiklah nanti hyung cari tahu namanya”

“Yeay! Terimakasih hyung” ucapku antusias.

“Tapi ingat, jangan aneh-aneh. Oke?”

“Astaga, iya hyung.”

 

Selama perjalanan pulang kembali ke dorm, sambil menikmati keramaian jalanan kota dari balik jendela mobil, pikiranku masih tak mampu lepas dari kejadian setengah jam yang lalu.

 

Aku mengubah arah pandangan ke pintu, lengkap dengan masker yang kugunakan. Hingga beberapa detik kemudian seorang cewek masuk dengan membawa tumpukan kertas. Tepat ketika ia melangkahkan kaki ke dalam ruangan hyung-ku, detik itu pula mata kami saling bertemu. Sangat singkat, hanya beberapa detik, mungkin sekitar lima detik. Karena setelah itu yang dia lakukan adalah membungkuk untuk memberi salam dan melanjutkan tujuannya. 

Detik berikutnya kedua bola mataku seolah tak mau mengubah titik pandangnya. Terpaku pada satu sosok asing yang ada dihadapan hyung-ku. Bahkan ketika ia selesai dengan urusannya dan keluar dari ruangan, kedua bola mataku masih tak mampu berpaling dari bayangannya.

Saat menyadari pintu yang telah tertutup sempurna, entah dorongan darimana aku sangat ingin tahu namanya.

 

“Kenapa aku bisa sepenasaran ini?” tanyaku dalam hati, tak mampu memahami sikapku yang dengan tiba-tiba penasaran atas sosok yang baru kulihat selama beberapa menit.

Hyung, boleh aku tanya sesuatu?” tanyaku sambil sedikit menoleh ke arah manajerku yang sedang fokus menyetir.

“Tanya aja, kenapa ijin segala?” ucapnya dengan sedikit tertawa.

“Apa idol di agensi kita ngga boleh pacaran?”

“Hah? Kenapa tiba-tiba nanya gitu?” ucapnya dengan sedikit menoleh singkat ke arahku.

“Hanya penasaran, karena setahuku ada agensi yang melarang idolnya untuk berpacaran”

“Setahuku ngga ada larangan untuk idol berpacaran, lagipula kalau itu dilarang di agensi kita seharusnya kamu uda tahu saat tanda tangan kontrak”

“Hhmm,. benar juga, hyung. Sajangnim memang ngga pernah menyinggung tentang itu sih.”

“Tapi ada satu hal yang dilarang, dan kurasa ini hanya dijelaskan ke para staff bukan idol”

“Apa itu hyung?”

“Idol di agensi kita memang boleh berpacaran, tapi tidak boleh berpacaran dengan staff dari agensi kita”

“Eh? Kenapa begitu hyung? Memang apa bedanya?”

“Tentang pofesionalitas, dikhawatirkan kalau idolnya berpacaran dengan staff yang dimana pasti sering bertemu, akan berdampak negatif pada pekerjaan. Yang tentu saja ini pun akan berdampak pada perusahaan nantinya.”

“Tapi kan itu belum pasti hyung? Maksudku, bisa saja itu justru menjadi pemicu untuk mereka jadi semangat bekerja.”

“Benar, kemungkinannya memang fifty-fifty, tapi kurasa sajangnim ngga mau ambil resiko itu”

Aku hanya terdiam, sedikit berdehem karena tak tahu lagi harus berargumen apa.

Juga sedikit tidak mengerti dengan pikiranku, yang entah atas dasar apa tiba-tiba penasaran akan hal tersebut.

“Apa kamu lagi suka sama seseorang?” tanya manajerku, memecah lamunanku.

“Eh? Engga kok” jawabku, yang entah bagaimana merasakan gugup saat mendengar pertanyaan tersebut.

“Beneran?” tanyanya sedikit menoleh kearahku, lengkap dengan alis yang naik-turun.

“Iya, beneran hyung

“Kalau lagi suka seseorang juga gapapa kok, kamu bilang aja sama hyung. Mungkin nanti aku bisa bantu.” ucapnya sedikit menoleh kearahku sambil mengedipkan mata kanannya.

Aku hanya menganga melihat tingkah manajerku, memilih untuk berdehem daripada melanjutkan pembicaraan ini yang sungguh sangat aneh bagiku.

Pembicaraan seperti ini tak pernah kulakukan sebelumnya. Jangankan membahasnya, memikirkannya saja tidak pernah. Yang ada dipikiranku hanyalah tentang lagu, koreografi, VOP, dan fans. Berusaha menjadi lebih baik setiap harinya adalah hal yang selalu kulakukan agar fans tetap menyukaiku dan juga VOP.

 

 

——— BERSAMBUNG ———

Part Selanjutnya :

 

Baca Juga:


6 thoughts on “[PART 1] Your Eyes Tell

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top