[PART 3] Your Eyes Tell
Cerpen

[PART 3] Your Eyes Tell


Judul: Your Eyes Tell
Karya: ViaViiaa

 

Disarankan untuk membaca cerpen RUN terlebih dahulu. Klik disini untuk baca.

 

Part Sebelumnya :

 


Ting!

 

“Safira Khansa Prima, asal Indonesia. Jurusan Fashion Designer.”

 

Cut! Oke, shooting hari ini selesai. Terimakasih dan kerja bagus semuanya.” ucap sang sutradara.

VOP sedang sibuk mempersiapkan sebuah video klip untuk lagu terbaru yang akan rilis beberapa bulan lagi, membuatku tak punya banyak waktu luang. Dua minggu berlalu sejak terakhir kali datang ke kampus Dae-Jung hyung. Tidak ada yang berubah kecuali aku yang semakin sibuk.

Juga dengan pikiranku yang tak pernah melupakan sosok tersebut.

Hyung, hp?” pintaku pada manajer yang sedang duduk di salah satu sofa panjang dekat meja rias. Sudah menjadi kebiasaan untukku menitipkan barang-barang berharga yang kubawa saat shooting pada manajer.

“Ini” ucapnya sambil memberikan ponselku.

“Terimakasih hyung” ucapku yang kemudian dibalas manajer dengan berdehem.

Aku membuka ponsel kemudian memeriksa satu per satu notifikasi yang masuk. Dan diantara sekian banyak notifikasi, ada satu yang sangat menarik perhatianku, pesan dari Dae-Jung hyung.

Senyumku terukir lebar saat membaca deretan kata yang ada di pesan tersebut.

“Safira ya” gumamku.

Detik berikutnya aku melangkah pergi ke kamar mandi untuk menghubungi salah satu temanku.

“Wah, tumben sekali teman idolku ini menelfon” ucap sebuah suara saat panggilanku terjawab.

“Hhmm,. Sepertinya ada yang kangen denganku ya karena jarang ikut kumpul” ucapku.

“Dih”

 “Hahahahaha”

 “Ada apa nih? Kamu ngga mungkin telfon cuma untuk basa-basi kan?”

 “Hehe iya, aku mau minta tolong dicarikan data pribadi seseorang”

 “Wah, kau mau jadi penguntit ya Jung-Hwa?”

 “Bukankah itu nama lainmu ya?”

 “Hahaha sial, aku ini informan elit ya”

 “Oke oke baiklah, tuan informan elit. Tolong bantu aku ya”

 “Siapa namanya?”

 “Safira Khansa Prima, asal Indonesia. Jurusan Fashion Designer di kampus tempat Dae-Jung hyung mengajar.”

 “Oke nanti aku carikan”

 “Berapa bayarannya?”

 “Astaga, kau pikir aku lelaki bayaran? hahaha. Ngga perlu, kita kan teman dekat. Lagipula cari informasi data pribadi bukan hal yang sulit”

 “Hiks, aku terharu mendengarmu masih menganggapku teman dekat” ucapku sedikit mendramatisir.

“Astaga, aku mendadak mual”

 “Hahaha sial. Yasudah aku tunggu kabar selanjutnya ya. Terimakasih.”

 “Iya”

 ***

 

“Pasti sangat melelahkan” gumamku pelan saat melihat seorang perempuan didepan sebuah gedung agensi sedang menerima beberapa pakaian yang dikirimkan oleh dua kurir berbeda.

Satu setengah tahun berlalu sangat cepat, kesibukan tur dan rilis album baru membuatku tak punya banyak waktu untuk bersantai. Ditambah dengan aku yang semakin hari semakin sulit untuk sekedar berjalan-jalan santai di luar. Jika ingin pun harus ditemani beberapa bodyguard yang tentu saja itu sangat mengundang perhatian.

Itulah yang membuatku tak lagi datang ke kampusnya untuk sekedar melihatnya secara langsung. Dan rupanya hal tersebut berhasil membuatku merasakan sebuah rasa rindu yang sama besarnya ketika aku rindu dengan kedua orangtuaku. Atau bahkan lebih besar? Entahlah, yang aku pahami hanya rasa rindu yang benar-benar kurasakan.

Dan disinilah aku, mencuri waktu singkatku saat dalam perjalanan menuju lokasi pemotretan untuk berhenti didepan gedung agensi tempatnya bekerja. Hanya sekedar ingin melihat lokasi tempatnya bekerja, tidak lebih.

Karena aku tak punya cara untuk bertemu dengannya kecuali karena kebetulan. Seperti yang sedang terjadi saat ini. Tepat ketika mobilku berhenti, ia keluar dari gedung dan menemui dua kurir yang sudah berada didepan gedung.

Senyumku terukir saat akhirnya dapat melihat sosok itu lagi, meskipun masih dari jarak pandang yang jauh. Karena selama ini yang mampu kulakukan hanya mencari informasi terbaru tentangnya, tidak lebih.

Menjadi seorang idol membuatku tidak punya banyak ruang untuk sekedar berkenalan dengan orang baru, karena dikhawatirkan muncul berita negatif. Aku pun belum menemukan cara terbaik untuk berkenalan dengannya, tanpa membuatnya merasa tidak nyaman dengan berbagai aturan yang harus kulakukan sebagai seorang idol.

“Jung-Hwa”

“Jung-Hwa”

“Eh? Iya hyung?” tanyaku saat manajer memecah lamunanku.

“Kita berangkat sekarang ya? Uda hampir telat ini”

“Oh oke hyung

 

Ting!

 

“Aku baru kepikiran, kenapa tidak kau buat saja Safira Noona bekerja di agensimu?”

 “Maksudnya?”

 “Ya dia bekerja sebagai fashion stylist di agensimu, oh atau lebih tepatnya fashion stylist nya VOP”

 “Tapi fashion stylist di agensiku sudah banyak”

 “Sepertinya akan ada yang keluar. Aku baru saja menemukan iklan lowongan kerjanya.”

Bersamaan dengan itu, sebuah gambar iklan lowongan sebagai fashion stylist ia kirimkan, lengkap dengan nama agensinya.

Hyung, apa agensi kita sedang mencari fashion stylist?” tanyaku pada manajer yang berada di sebelah kiriku, sedang menyetir.

“Iya, salah satu fashion stylist VOP kontraknya selesai lima bulan lagi dan dia tidak bisa perpanjang kontrak karena mau pindah ke desa.”

“Apa penggatinya sudah ada?”

“Belum, masih belum ada yang sesuai”

Aku terdiam sejenak, berusaha meyakinkan diri sendiri jika tak ada salahnya mencoba saran tersebut. Karena mungkin hanya dengan cara itulah aku dapat berkenalan secara langsung dengan Safira Noona.

“Ehm,. Boleh aku minta tolong hyung?”

“Apa?”

“Aku punya kenalan, dia baru lulus setengah tahun lalu, sekarang bekerja sebagai asisten fashion stylist. Apa bisa dia bekerja di agensi kita tanpa perlu seleksi?”

“Ha?” sontak manajer menoleh kearahku lengkap dengan tatapan penuh tanda tanya.

“Sebenarnya yang menjadi masalah disini permintaanmu untuk menerimanya tanpa seleksi. Itu sangat sulit Jung-Hwa. Mana mungkin agensi mau menerima orang bekerja tanpa tahu kemampuannya” lanjutnya sambil kembali fokus menyetir.

“Aku bisa menjamin kalau dia memiliki kemampuan yang bagus hyung. Dia pernah menjadi juara satu di salah satu lomba fashion stylist yang cukup terkenal”

Manajer kembali melihat kearahku, seolah memastikan jika aku sedang tidak bermain-main. Sedangkan aku hanya membalas dengan tatapan penuh harapan.

“Baiklah, minta dia untuk melamar di website agensi kita. Tapi hyung belum bisa memastikan dia diterima, karena nanti sajangnim pun akan ikut memberikan penilaian”

“Iya hyung” ucapku sambil menganggukkan kepala dengan antusias.

 

“Apa kamu bisa membantuku lagi?” tulisku dalam sebuah pesan.

“Memangnya selama ini aku tidak membantumu?”

“Hehe iya juga ya. Tentang lowongan itu, ternyata benar. Salah satu fashion stylist VOP tidak melanjutkan kontraknya. Apa kamu bisa bantu membuatnya melamar di website agensiku?”

“Tentu saja bisa. Salah satu temannya di agensi sekarang itu adalah anak buahku. Akan kuminta dia untuk menyarakan Safira Noona melamar pekerjaan di website agensi kalian”

“Sip! Waktunya masih panjang, jangan terlalu memaksakannya. Aku tidak mau dia tertekan atas saran itu”

“Baiklah”

“Terimakasih”

“No problem, yang penting jangan lupa transferannya karena aku melibatkan anak buahku” 

“Tenang saja soal itu hehehe” 

“Mantab!”

 

Hyung, namanya Safira Khansa Prima” ucapku, yang kemudian dibalas dengan anggukan oleh manajerku.

***

 

 

——— BERSAMBUNG ———

Part Selanjutnya :

 

Baca Juga:

your eyes tell your eyes tell your eyes tell


2 thoughts on “[PART 3] Your Eyes Tell

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top