[PART 5] Make It Right
Cerpen

[PART 5] Make It Right


Judul: Make It Right
Karya: ViaViiaa

 

Disarankan untuk membaca cerpen-cerpen berikut terlebih dahulu, karena kisahnya saling berhubungan.

1. RUN
2. Your Eyes Tell

 

Part Sebelumnya :

 


 

Dua hari berlalu sejak Jung-Hwa pergi. Ia langsung menelponku beberapa menit setelah landing. Aku langsung merasa lega dan bersyukur tidak terjadi apa-apa selama ia dalam perjalanan.

Namun sayangnya kekhawatiran itu ternyata masih ada, meski hanya sedikit namun masih mampu kurasakan.

Mengabaikan kekhawatiran tak beralasan itu, aku berusaha tetap fokus dengan pekerjaan. Tidak ingin terganggu oleh berbagai macam pikiran buruk yang selalu kukhawatirkan.

 

“Jung-Hwa, Member Termuda VOP Tertangkap Kamera Sedang Berpelukan dengan Seorang Wanita”

 

Sontak menjatuhkan sendok dari tangan kananku saat membaca judul berita dari link yang baru saja Jung-Hwa kirimkan.

Tak cukup sampai disitu, aku semakin terkejut saat mendapati dua foto yang memperlihatkan aku dan Jung-Hwa sedang berpelukan. Namun hanya wajah Jung-Hwa yang terlihat cukup jelas, sedangkan aku hanya terlihat bagian punggungku.

Entah itu dapat dibilang sebuah keberuntungan atau tidak karena mereka tak berhasil menangkap wajahku.

“Tapi bagaimana bisa mereka mengambil gambar-gambar ini? Bukankah lounge itu tidak untuk sembarang orang?”

 

Jung-Hwa is calling . . .

 

“Halo?”

“Sudah baca beritanya?”

“Sudah. Itu… Bagaimana bisa?”

“Aku juga tidak tahu. Aneh sekali tidak ada staff yang menyadarinya. Tapi kamu tenang saja, aku sudah membahas ini dengan agensi. Sebentar lagi mereka akan buat pernyataan bahwa cewek difoto itu adalah sepupuku.”

“A-apa itu cukup?” ucapku dengan sedikit bergetar. Rasa khawatir kembali menyelimutiku. Sebuah kekhawatiran jika berita itu akan berdampak buruk bagi kami.

“Itu lebih dari cukup. Karena hanya terlihat bagian punggung kamu, jadi mereka pun tidak tahu bagaimana wajah cewek di foto itu. Kamu tenang saja ya? Sajangnim pun yakin ini bisa diselesaikan dengan pernyataan itu. Oke?”

“I-iya” sedikitnya aku merasa tenang mendengar penjelasan tersebut, namun tak mampu sepenuhnya menghilangkan kekhawatiranku.

“Sudah, jangan berpikir aneh-aneh. Semua akan baik-baik saja.”

“Hhmm,. Iya.”

“Kamu lagi ngapain?”

“Aku lagi makan. Kamu lagi latihan kah? Kok suaranya sedikit berisik?”

“Iya, ini break sebentar. Yasudah aku harus lanjut latihan lagi. Nanti malam aku telfon lagi ya?”

“Iya, jangan terlalu dipaksakan. Kalau capek langsung istirahat.”

“Hehe, siap nyonya.”

Aku hanya terkekeh mendengar ucapan tersebut.

“Love you” lanjutnya.

Love you too” ucapku lengkap dengan pipi yang sedikit memanas.

 

 

Keesokan harinya . . .

 

“Eksklusif: Pernyataan Agensi VOP Mengenai Foto Yang Beredar”

“Mereka memang berpelukan dan perempuan tersebut adalah sepupu Jung-Hwa yang akan pergi ke New York dengan maskapai yang sama namun berbeda tujuan. Jung-Hwa memang sengaja meminta agar dia menunggu di lounge tersebut agar lebih nyaman.” ucap perwakilan dari agensi.

“Semua member VOP sedang fokus dengan tour yang baru saja dimulai. Jung-Hwa sendiri mengatakan bahwa ia sedang tidak dekat dengan siapapun karena ingin fokus mempersiapkan penampilan selama tour dan memberikan yang terbaik untuk semua fans VOP.” lanjutnya.

 

Aku beralih membaca beberapa komentar dari artikel tersebut.

 

“Sudah kuduga. Jung-Hwa tidak mungkin seperti itu. Dia selalu hanya fokus dengan penampilannya di panggung demi fans.”

“Saranghaeyo Oppa, aku tahu kamu tidak akan mengkhianati kami.”

“Sebenarnya ngga masalah sih kalau dia beneran dekat sama cewek. Tapi ya aku hanya berharap ceweknya sepadanlah dengan Jung-Hwa.” 

“Semangat Jung-Hwa. Kami selalu mendukungmu!”

 

Aku menghembuskan napas lega saat membaca beberapa komentar yang ternyata cukup positif.

“Semoga setelah ini tidak ada berita seperti ini lagi.”

“Baru satu berita aja aku sudah sangat khawatir. Bagamana jika ada lagi? Padahal dari awal aku sudah paham jika berpacaran dengan idol pasti akan sulit.”

“Sepertinya aku terlalu naif karena menganggap semuanya akan menjadi mudah hanya karena agensi yang menaungi VOP mendukung hubungan kami.”

 

Ting!

“Aku baru selesai, sekarang lagi otw ke hotel. Kamu uda pulang?”

 

Senyumku terukir membaca pesan yang baru saja Jung-Hwa kirimkan. Pesan singkat yang selalu membuatku merasa semakin nyaman dengannya. Juga selalu berhasil membuat hatiku menghangat.

Bagaimana tidak? Dia selalu dengan sendirinya memberi kabar tanpa perlu kuminta. Seolah mengerti betapa khawatirnya aku saat dia harus berada jauh disana sementara aku di Seoul.

 

***

 

“Aku ngga jadi pulang minggu depan” ucapnya lengkap dengan ekspresi sedih.

Aku baru saja pulang ke apartemen bersamaan dengan Jung-Hwa yang melakukan panggilan video.

“Kenapa?” tanya seraya meletakkan tas di meja, kemudian duduk di sofa.

“Ada beberapa masalah teknis yang membuat tim butuh tambahan waktu untuk persiapan di kota berikutnya”

“Diundur berapa lama?”

“Satu bulan”

“Apa? Satu bulan?” tanyaku sedikit berteriak karena terkejut saat mendengar ucapan tersebut.

“Yang benar saja? Diundur satu bulan lagi? Lama sekali?” tanyaku dalam hati.

“Iya. Aku sudah coba minta ijin pulang sebentar tapi ngga boleh karena jadwal VOP juga ada yang berubah.”

“Maafkan aku.” lanjutnya.

Aku hanya mampu terdiam. Merasa sangat sedih mendengar berita tersebut. Dan entah darimana asalnya, perasaanku tidak enak.

Tanpa sadar aku menitikan air mata.

“Hei, sayang? Kenapa menangis? Aku minta maaf hhmm? Nanti aku coba bicara lagi dengan manajer supaya diijinin pulang sebentar. Oke?” ucapnya yang terlihat panik.

“Maaf, aku juga ngga tau kenapa kok nangis.” ucapku seraya menghapus air mata yang berhasil jatuh, namun tak mampu menghentikan tangisanku.

Karena entah bagaimana aku merasa sangat khawatir dan takut.

Hampir satu bulan berlalu sejak berita tentang foto kami berdua berpelukan. Semuanya baik-baik saja, tak ada lagi berita yang berdampak negatif terhadap VOP. Membuatku akhirnya merasa tenang. Ditambah dengan Jung-Hwa yang akan segera kembali ke Seoul untuk istirahat sejenak sebelum kembali melakukan tour di kota-kota berikutnya.

Namun, semua ketenangan itu musnah begitu saja bebera menit yang lalu.

Ketenangan yang kurasakan berubah menjadi kekhawatiran yang sangat dalam tanpa kuketahui alasannya.

 

***

 

“Safira, kamu diminta sajangnim untuk ke ruangannya.” ucap salah satu staff.

“Sekarang?” tanyaku, seraya kembali meletakkan tas yang baru saja kuambil karena akan segera pulang.

“Iya”

“Baiklah. Terimakasih.” ucapku sedikit membungkuk, kemudian berjalan menuju ruangan sajangnim.

 

Tok! Tok! Tok!

 

“Ya, masuk” ucap suara dari dalam ruangan yang baru saja kuketuk.

Aku membuka pintu dan berdiri didepan meja sajangnim, hendak bertanya alasan aku dipanggil. Namun belum sempat pertanyaan itu terlontar, sajangnim lebih dulu berucap dan berhasil membuatku mematung, sangat terkejut atas kalimat yang baru saja diucapkan.

 

 

——— BERSAMBUNG ———

Baca Juga:


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top