Efektifkah Lockdown di Indonesia? #LawanCorona
Daily Life

Efektifkah Lockdown di Indonesia? #LawanCorona


Tulisan ini benar-benar tanpa rencana, entah bagaimana aku mendadak ingin bercerita tentang apa yang aku rasakan selama pandemi Covid-19 yang saat ini sedang terjadi di Indonesia. Oh tidak, lebih tepatnya yang saat ini sedang terjadi di dunia.

Kasus corona pertama kali terjadi di Wuhan, Cina, yang kemudian diikuti dengan negara-negara lainnya. Namun, ditengah dunia yang mulai terguncang akibat virus corona jenis baru ini, Indonesia saat itu masih baik-baik saja, tidak ada satu kasus pun meski negara tetangga telah memiliki puluhan kasus.

Hingga tak lama kemudian Indonesia mengkonfirmasi kasus corona pertamanya pada awal Maret 2020. Ya, setelah begitu banyak pemberitaan yang menyatakan bahwa beberapa pihak, bahkan masyarakat Indonesia itu sendiri, telah mempertanyakan kebenaran dari “bersihnya Indonesia dari virus corona”, sepertinya kini semua telah bungkam. Lihatlah, Indonesia pun terkena virus corona.

Sayangnya stigma negatif memang tak pernah bisa hilang begitu saja.

Saat tidak ada satu pun kasus corona di Indonesia, banyak yang mempertanyakan:
“mungkin disembunyikan, tidak diberitakan?”
“bagaimana bisa Indonesia tidak terdampak padahal negara tetangganya pun telah memiliki puluhan kasus?”

Kemudian saat konfirmasi kasus pertama di Indonesia diumumkan,
“Apakah virus tersebut memang baru terjangkit di Indonesia? Atau memang baru ketahuan?”
“Ini jumlah penambahan kasusnya selalu 2 gitu ya? Memang uda direncanakan apa gimana?”
“Jumlah yang terjangkit ini beneran ngga sih? Atau sebenernya masih ada yang lain tapi ditutup-tutupin?”

Pertanyaan-pertanyaan itu tidak salah, wajar saja karena kita memang selalu dipenuhi dengan pemikiran negatif. Atau lebih tepatnya, pemikiran negatif itu memang selalu ada.

Sekarang jumlah kasus di Indonesia telah mencapai seribu lebih, dengan lebih dari 50% kasusnya berada di Jakarta. Dan sebagian besar kasus di daerah terjadi karena orang-orang tersebut pernah mengunjungi Jakarta.

Dapat dikatakan Jakarta lah titik mula dari virus corona di Indonesia. Tidak mengejutkan, karena memang Jakarta adalah pusat pergerakan yang paling pesat di Indonesia. Jumlah penduduknya pun tidak main-main, padat. Sehingga penularan pun sangat mudah terjadi di Jakarta.

Bayangkan saja, Transjakarta, KRL, MRT semuanya selalu dipenuhi penumpang setiap pagi dan sore. Penuhnya pun tidak main-main, selalu berdesakan, hampir tak ada jarak antara penumpang satu dengan yang lainnya. Bagaimana virus tak mudah terseber jika seperti itu? Oh, jangan lupakan posisi mereka yang sedang berada dalam sebuah kendaraan umum tertutup. Bukankah penyebaran virus menjadi semakin mudah?

Beruntung kini banyak instansi yang telah mengijinkan karyawannya untuk bekerja di rumah. Tapi tentu saja tak semua bidang pekerjaan mampu melakukan hal tersebut. Aku pribadi cukup beruntung karena bekerja di bidang IT yang memang sebenarnya sangat mampu dilakukan dengan jarak jauh. Tapi bagaimana dengan mereka yang bekerja di lapangan? Cukup banyak warga Jakarta yang bekerja sebagai buruh dengan kewajiban harus datang ke tempat bekerja, karena memang tidak bisa dilakukan di rumah.

Lalu, apa kebijakan pemerintah saat ini?

Social Distancing, Stay at Home. Itulah yang saat ini sedang diterapkan. Sebenarnya ini memang salah satu cara efektif untuk mengurangi penyebaran virus. Sebagian masyarakat pun telah melakukannya, terbukti dengan Jakarta yang kini menjadi sepi. Iya, sepi, kosong, jalanan tak lagi seramai biasanya, tak ada lagi kemacetan. Sebuah kabar baik memang karena artinya sebagian masyarakat telah mengikuti anjuran dari pemerintah.

Namun, sayangnya social distancing sepertinya belum berlaku bagi sebagian pekerjaan, atau lebih tepatnya sebagian masyarakat. Kenapa? Selain karena pekerjaan, ada faktor lain yang memaksa mereka mau tak mau tetap harus keluar rumah, yaitu uang. Tidak semua orang memiliki gaji tetap setiap bulannya, tidak semua orang memiliki uang cukup meski hanya sekedar untuk makan. Faktor tersebutlah yang membuat mereka berani menerjang pandemi covid-19 ini. Dampaknya, kasus corona di Indonesia kian meningkat setiap harinya.

Tidak! Jangan salahkan mereka! Aku yakin, mereka pada dasarnya pun tak mau pergi keluar rumah, keadaanlah yang memaksa mereka.

Kalau begitu, solusi seperti apa yang paling sesuai dengan kondisi tersebut?

Hhhmm, entahlah!

Bagaimana dengan lockdown? Jika tak mampu lockdown seluruh Indonesia, bagaimana dengan lockdown Jakarta?

Sebenarnya menurutku lockdown Jakarta memang salah satu cara terbaik, karena setidaknya mampu mengurangi penyebaran virus dari Jakarta ke daerah-daerah lain di luar Jakarta.

Tapi, ada tapinya nih hehe.

Percuma lockdown jika di Jakarta itu sendiri masih ada aktifitas berkumpul ( pada sebagian pekerjaan ). Lockdown yang benar adalah dengan menghentikan setidaknya semua kegiatan serta pekerjaan yang masih memungkinkan terjadinya sebuah perkumpulan banyak orang. Kecuali, kegiatan atau pekerjaan tersebut memang benar-benar dibawah pengawasan pemerintah sehingga terjamin dari segi kesehatan pekerjanya. Biarlah yang tetap beroperasi hanya toko-toko yang menjual bahan makanan serta obat-obatan.

Sayangnya lockdown yang seperti itu artinya pemerintah harus siap menanggung setidaknya kebutuhan pangan masyarakatnya. Apakah pemerintah kita sanggup? Entahlah, aku kan tidak tahu kondisi keuangan negara hehe.

Sejujurnya ada solusi lain, tapi kurasa solusi ini akan lebih memakan banyak biaya jika dilakukan di Indonesia. Jangan di Indonesia deh, di Jakarta saja pasti sudah memakan banyak biaya, apalagi di Indonesia.

Solusinya adalah dengan melakukan test covid-19 dalam skala besar seperti yang dilakukan Korea Selatan.

Lihatlah, mereka memang sempat mengalami peningkatan drastis, tapi sekarang? dapat kukatakan cukup stabil. Ini terjadi karena mereka melakukan test covid-19 dalam skala besar, sehingga yang terpapar virus ini pun dapat segera diketahui, segera di karantina, segera diobati, dan resiko penyebaran pun menjadi berkurang.

Pemeriksaan seperti itu dapat terjadi di Korea Selatan karena memang adanya ketersediaan alat serta biaya kesehatan disana yang terbilang murah. Sedangkan di Indonesia? Lihatlah, APD saja masih kekurangan. Aku yakin solusi yang satu ini akan sangat sulit untuk dilakukan. Jadi, kurasa solusi lockdown Jakarta adalah yang terbaik.

Jika ingin mengurangi biaya untuk kebutuhan lockdown nantinya, kurasa pemerintah hanya perlu memberikan bantuan kepada masyarakat yang kekurangan saja. Maksudku, mereka yang memang benar-benar tidak punya biaya untuk membeli bahan makanan karena harus berhenti bekerja sehingga sama sekali tak memliki penghasilan.

Bagaimana dengan mereka yang tidak terdaftar di data pemerintahan? Well, ini sih sebenarnya rakyat tersebut salah juga. Bagaimana bisa tinggal di Jakarta dengan keadaan kekurangan tapi tidak terdata di pemerintahan? Bukankah itu seperti penjahat yang sedang bersembunyi di tempat asing?

Oke, jangan salahkan mereka!

Aparat daerah setempat dapat melakukan pendataan mana saja warganya yang tidak terdata dan memiliki kondisi ekonomi yang kekurangan.

Setidaknya dengan begitu pemerintah hanya perlu menanggung biaya kebutuhan mereka yang benar-benar membutuhkan. Sedangkan sisanya, cukup sediakan saja bahan makanan serta obat-obatan yang dapat mereka beli sendiri. Memang terlihat tidak adil, tapi hanya dengan seperti itulah pemerintah mampu menanggung kebutuhan masyarakatnya namun dengan jumlah yang tidak fantastis. Bukankah menanggung biaya 50 orang akan lebih terjangkau daripada menanggung biaya 100 orang?

Jika mengingat betapa banyaknya koruptor berdasi di Indonesia, memang akan membuat kita merasa kesal dengan pemberian bantuan biaya yang tidak merata. Tapi, ayolah berdamai sebentar saja demi menyelesaikan pandemi ini. Setidaknya sampai pandemi ini terkontrol.

 

Well, semuanya kembali lagi pada pemerintah. Mereka lah yang tahu persis kondisi keuangan negara kita, mereka lah yang tahu persis apa saja yang akan terdampak, sehingga banyak sekali yang harus mereka pertimbangkan.

Pada akhirnya yang dapat kita lakukan hanyalah mengikuti arahan dari pemerintah.

Dan jangan lupa untuk selalu berdoa agar pandemi ini dapat selesai, setidaknya sebelum lebaran karena aku sangat ingin pulang kampung 🙂 hehe.

 

Semoga kita semua selalu dalam keadaan sehat.
Ingat! Sebisa mungkin untuk tidak melakukan kontak secara langsung dengan siapapun, rutin menjaga kebersihan diri dan sekitar.

Stay Positive!
Semangat! Badai pasti berlalu ~


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top