Wisuda yang Telah Lama Kunantikan
Daily Life

Wisuda yang Telah Lama Kunantikan


Wisuda kelulusan hanya akan ada dalam bayanganku.

Februari 2020 aku mulai mempersiapkan semua kebutuhan menjelang tanggal 18 Maret 2020, jadwal wisudaku. Pesan tiket kereta pulang-pergi untuk Mama dan Papa, serta memesan penginapan. Semua sudah beres kuurus, bahkan awal Maret aku masih sempat meminjam alat makeup milik sahabatku ( yah karena aku gamau keluar uang untuk sewa MUA, meskipun modal pengetahuan makeup ku sangatlah minim wkwkwk ).

Namun sayangnya semua rencana itu benar-benar hancur saat tanggal 13 Maret 2020 ( iya super mepet ), kampus memberikan info bahwa “WISUDA DITUNDA SAMPAI BATAS WAKTU YANG TIDAK DITENTUKAN”, maaf capslock hehehe.

Setelah mendapat info tersebut aku langsung cancel semua tiket dan penginapan yang sudah kupesan. Beruntung semuanya masih bisa refund, yah meskipun ngga balik 100% tapi setidaknya masih bisa balik duitnya.

Sedih? YA IYALAH, PASTI!

Ngga perlu ditanya apa penyebab penundaannya, karena semua masyarakat Indonesia pasti paham apa keributan yang sedang terjadi pada bulan Maret 2020 tersebut.

Sejujurnya aku pribadi ngga masalah ditunda, mau ditunda sampai tahun depan pun ngga masalah, asalkan bukan dibatalkan. Karena sungguh aku benar-benar ingin merasakan yang namanya wisuda. Aku merasa benar-benar berjuang selama kuliah, mulai dari bagaimana susahnya cari uang demi bayar kuliah, skripsi yang dikerjakan sendiri, extend semester karena satu mata kuliah, dan masih banyak lainnya.

Sebenarnya yang sangat membekas itu bagian saat skripsi dan extend semester. Selain menyita waktu, juga telah berhasil menyita uangku ( detailnya bisa klik disini ).

Itulah sebabnya aku sangat menantikan wisuda ini, begitu pula orangtuaku.

Setelah bulan Maret berlalu aku masih memiliki setidaknya sedikit harapan untuk tetap mampu merasakan yang namanya wisuda. Meskipun belum ada kepastian lebih lanjut kapan akan dilaksanakan.

Namun, semua harapan itu musnah, benar-benar musnah saat 6 Juli 2020 kemarin aku mendapatkan email dari kampus yang berisi informasi tentang pelaksanaan wisuda daring.

Iya, wisudaku diubah menjadi online! Impianku untuk merasakan yang namanya wisuda benar-benar pupus.

Kalo ada diantara kalian yang bilang “Yaelah wisuda doang mah ngga penting. Ngapain sih itu lho inti acaranya cuma mindahin tali doang. Sisanya sambutan-sambutan ngga penting”.

Ya, aku tahu! Sangat tahu!

Tapi memangnya salah kalau aku punya keinginan untuk menikmati suasana wisuda? Aku sudah berjuang sejauh ini juga demi menikmati suasana wisuda. Sebuah moment yang bagiku mampu menjadi sebuah hadiah kecil bagiku yang sudah berjuang semasa kuliah. Apa salah jika aku ingin merasakan moment penting itu?

Saat pertama kali mendengar info bahwa wisudaku diubah menjadi online ( sebelum mendapat info resmi melalui email ), aku langsung menangis. Bahkan sampai detik aku menulis ini pun setiap kali mengingat tentang wisuda, mataku pasti langsung berkaca-kaca. Karena sesungguhnya aku masih belum sepenuhnya mampu menerima kenyataan ini. Selain itu, selalu muncul rasa penyesalan dalam diriku mengingat betapa berantakannya kehidupan kampusku, yang berakibat mengharuskanku untuk extend semester. Ditambah lagi jika mengingat Mama dan Papa yang batal ke Jakarta untuk datang ke wisudaku. Meskipun dibilang “ngga masalah”, tapi aku tahu Mama dan Papa pasti sangat ingin datang ke acara tersebut, sama seperti aku.

Tolong jangan samakan aku dengan mereka yang dari awal memang sudah tidak tertarik dengan acara wisuda. Feel nya beda.

Lucunya meski wisuda dilaksanakan online, kampusku mengadakan yang namanya prawisuda. Dimana inti dari kegiatan tersebut adalah untuk dokumentasi, foto masing-masing mahasiswa serta foto saat pemindahan pita. Lalu dimana letak lucunya? Ya jelas lucu, karena tidak ada wisuda tapi justru ada prawisuda yang juga mengumpulkan banyak orang. Well, meskipun pada kegiatan ini dibagi beberapa sesi sehingga setiap sesi pesertanya pun terbatas. Tapi daripada prawisuda kenapa ngga wisuda aja yang dibagi tiap sesi seperti itu?

Oke, lupakan. Tidak ada gunanya berpendapat disini karena nyatanya semua telah diputuskan. Tidak mungkin diganggu gugat.

Aku tidak bisa berbuat apapun selain menguatkan diri untuk mengabaikan semua hal tentang wisuda. Berusaha sekuat mungkin menganggap bahwa wisuda itu tidak penting.

Hal lain yang selalu kutanamkan demi menguatkan diri adalah “kamu tidak sendirian”. Karena nyatanya memang bukan hanya aku yang batal wisuda kemudian berujung wisuda online atau bahkan mungkin ada yang benar-benar batal wisuda. Banyak siswa-siswi, mahasiswa-mahasiswi dari sekolah dan kampus lain yang juga merasakannya. Tidak etis rasanya jika aku terus menerus mengeluh padahal nyatanya bukan hanya aku yang merasakan kesedihan tersebut.

Tapi kembali lagi, aku hanya manusia biasa. Kesedihan itu hal yang wajar untuk kurasakan. Biarlah aku menyimpan kesedihan ini sendirian, tanpa mengumbarnya terus menerus di media sosial. Karena sejatinya meski ada banyak alasan untuk menguatkan diri, aku tetap masih belum mampu menerima ini semua dengan sepenuh hati.

Haruskah aku mengambil S2 untuk menikmati moment wisuda kelulusan kampus?

Terimakasih sudah membaca keluh kesahku 🙂

Ohya, aku ada bikin cerita loh di Wattpad, judulnya Love Sign. Yuk dibaca gengs, aku butuh banyak masukan nih 🙂


One thought on “Wisuda yang Telah Lama Kunantikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top