Judul: Make It Right
Karya: ViaViiaa
Disarankan untuk membaca cerpen-cerpen berikut terlebih dahulu, karena kisahnya saling berhubungan.
1. RUN
2. Your Eyes Tell
Part Sebelumnya :
Aku terbangun saat mendengar suara keras dari ponselku, tanda telepon masuk.
“Halo?” ucapku dengan suara parau dan mata tertutup, masih belum sadar sepenuhnya.
“Pagi sayang” ucap suara diseberang.
Seketika aku membuka mata dan sadar sepenuhnya, lengkap dengan pipi yang sedikit panas.
“Bukankah kemarin aku bilang panggil Safira aja?”
“Dan bukankah kemarin aku sudah bilang lebih pilih memanggilmu Sayang daripada Safira?” ucapnya yang kemudian terkekeh.
“Ugh”
“Sudahlah, kamu harus mulai terbiasa dengan panggilan itu.” ucapnya dengan sedikit tertawa.
“Terserah deh.”
“Hehehe. Jadwal kamu hari ini mulai jam berapa?”
Aku melihat jam di ponsel, masih pukul enam pagi.
“Jam sepuluh. Kenapa?” ucapku.
“Ah, kebetulan sekali. Jadwalku juga baru jam dua belas nanti. Mau sarapan bersama?”
“Boleh. Dimana?”
“Di apartemen kamu saja gimana? Sepertinya sulit mencari restoran private sepagi ini. Lagipula aku juga kangen masakan kamu hehe.”
“Dasar, yauda buruan kesini. Hati-hati dijalan.”
“Siap.”
Setelah mematikan telepon, aku segera mandi kemudian memasak menu sederhana untuk sarapan.
Setengah jam kemudian . . .
Tingtong! Tingtong!
“Ayo, masuk” ucapku mempersilahkan masuk Jung-Hwa yang baru saja tiba.
“Hhmm,. wanginya” ucapnya sambil berjalan menuju meja makan.
“Wuah pajeon” lanjutnya saat melihat apa yang ada di meja makan.
Aku terkekeh saat melihat tingkahnya yang selalu senang setiap berhadapan dengan makanan.
“Tunggu sebentar ya, kamu duduk aja dulu. Supnya bentar lagi mateng kok.” ucapku menunjuk salah satu kursi didekat meja makan, kemudian kembali ke dapur.
Tiga menit kemudian aku kembali dengan membawa dua mangkuk sup kongnamul guk dan meletakkannya di meja makan.
“Selamat makan” ucapku lengkap dengan senyuman.
“Selamat makan” ucapnya lantang, kemudian langsung mengambil potongan pajeon dan memakannya.
“Seperti biasa, selalu enak!” ucapnya lengkap dengan mengacungkan jempol dari tangan kirinya.
Aku hanya mengangguk dan sedikit tertawa melihatnya.
Inilah yang membuatku selalu senang mencoba berbagai resep baru. Melihatnya menikmati masakanku dengan begitu senangnya membuat hati ini merasa hangat.
“Ehm,. buat makan siang kamu nanti, aku buatkan bekalnya ya.”
Sontak ia menghentikan kegiatan makannya, kemudian menatapku dengan binar mata yang terlihat senang.
“Beneran?”
Aku mengangguk sebagai jawaban.
“Yeay!” ucapnya penuh semangat.
“Tapi mungkin hanya menu sederhana ya, karena aku belum sempat belanja. Jadi bahan makanannya pun terbatas.”
“Tidak masalah! Apapun itu asalkan kamu yang masak pasti akan aku makan dan habiskan. Hehehe.”
“Kalau masakannya gosong apa akan kamu habiskan juga?”
“Uhm,. Ya tentu saja” ucapnya dengan ekspresi wajah yang terlihat ragu.
Detik berikutnya aku hanya tertawa, kemudian kembali melanjutkan kegiatan makan kami.
Selesai sarapan, kami hanya berbincang di sofa sambil menikmati tayangan random yang ada di tv. Kemudian memasak untuk bekal makan siang kami, hanya menu sederhana, bibimbap dan gyeran mari. Dengan Jung-Hwa yang membantuku memotong bahan-bahannya.
“Nah, ini untuk kamu dan ini untukku” ucapku dengan semangat saat menutup dua kotak lunch box.
“Kamu mau langsung pulang atau ”
“Aku antar kamu dulu ya?” ucapnya memotong ucapanku.
“Eh? Ehm,. Baiklah. Aku siap-siap dulu ya.”
“Iya”
Pukul setengah sepuluh, kami tiba didepan sebuah gedung yang digunakan sebagai tempat pemotretan.
“Makasih yaa uda diantar, kamu hati-hati nyetirnya.”
“Iya, makasih juga untuk sarapan dan bekalnya.” ucapnya kemudian mengusap lembut puncak kepalaku.
“Yauda aku turun ya, nanti kabarin kalau uda sampai di dorm.”
Ia hanya mengangguk lengkap dengan senyuman.
***
“Aku didepan”
Langkahku terhenti sejenak saat membaca pesan yang baru saja kuterima. Kembali melangkahkan kaki namun dengan tempo yang lebih cepat. Hingga didepan gedung aku mendapati mobil yang sama dengan yang mengantarku tadi pagi.
“Malam sayang” ucap Jung-Hwa sambil menatapku yang sedang membuka pintu.
Aku terdiam sejenak, lengkap dengan pipiku yang sedikit memerah. Masih belum terbiasa dengan panggilan tersebut.
“Malam” ucapku singkat kemudian segera masuk ke dalam mobil.
“Bukannya kamu masih ada jadwal ya sekarang?” lanjutku.
“Lagi break dan aku minta ijin sebentar hehe. Ada yang ketinggalan, makanya aku harus ketemu kamu secepatnya.”
“Eh? Ketinggalan di apartemen? Apa? Kenapa ngga bilang dari tadi?” tanyaku sedikit panik, khawatir sesuatu yang ketinggalan itu sangat penting untuk pekerjaannya.
“Calm down baby” ucapnya kemudian terkekeh, juga masih sibuk dengan lengan kirinya.
“Kemarikan tangan kamu” lanjutnya.
Aku memberikan tangan kananku, meskipun tak mengerti untuk apa. Kemudian ia memasangkan sesuatu.
“Nah, selesai” ucapnya lantang.
“Gelang? Eh? Gelang ini?” tanyaku saat mengenali gelang yang baru saja Jung-Hwa pasangkan. Sebuah gelang berwarna perak, dengan bentuk bulan ditengahnya. Yang ia berikan saat ulang tahunku.
Seketika aku menatap Jung-Hwa penuh tanda tanya, “Bagaimana bisa ada di kamu?”
“Ingat saat kamu berbicara didepan practice room sebelum meninggalkan agensi?”
Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
“Aku ada disitu, dibalik dinding dan kaca besar itu”
“Aku ingin segera mengembalikan gelang ini pada pemiliknya” lanjutnya, kemudian tersenyum.
“Sekarang gelang couple kita sudah kembali berada di pemiliknya masing-masing hehehe” ucapnya sambil menunjukkan sebuah gelang yang sama persis denganku, namun berbentuk bintang.
Aku kembali menatapnya penuh tanya.
“Iya, dari awal aku memang berniat ingin menggunakan gelang couple ini. Sengaja tidak memberitahumu karena saat itu hubungan kita masih yah abu-abu, hehe. Mungkin karena ini bukan bentuk setengah hati atau apapun itu yang terlihat jelas sebagai gelang couple makanya kamu ngga pernah sadar, padahal aku memakai gelang ini setiap hari.” ucapnya kemudian terkekeh.
Sontak aku reflek memeluknya.
Gelang ini sangat berharga bagiku, karena merupakan kado pertama dari Jung-Hwa, orang yang aku cintai.
Sangat berat bagiku saat membuangnya hari itu. Tapi tak ada pilihan lain, karena gelang ini tentu akan mempersulitku melupakan Jung-Hwa.
“Terimakasih” ucapku, lengkap dengan air mata yang menetes.
Mengetahui bahwa gelang ini kembali padaku saja sudah membuatku bahagia, ditambah dengan kenyataan bahwa ternyata ini adalah gelang couple dengan milik Jung-Hwa, berhasil membuat kebahagiaanku meningkat.
“I love you” lanjutku.
“I love you more” ucapnya kemudian membalas pelukanku.
Jung-Hwa, aku sendiri tak mengerti sejak kapan perasaan ini ada. Atas alasan apa pun aku tak mengerti. Yang mampu kupahami hanyalah keberadaanmu yang sangat berarti bagiku. Hanya berada disisimu saja sudah membuatku bahagia, apalagi harus dicintai juga olehmu.
Terimakasih sudah mencintaiku bahkan sejak sebelum aku mengenalmu.
***
——— BERSAMBUNG ———
Baca Juga: