Judul: Hujan di Bawah Payung
Karya: ViaViiaa
Part Sebelumnya :
Dua bulan pun berlalu begitu saja. Tak banyak hal besar yang terjadi kecuali datangnya berita bahwa aku, Dio, dan Reza diterima di universitas yang sama. Aku dan Dio berada dijurusan sama, yaitu Desain Komunikasi Visual. Sedangkan Reza dijurusan Broadcasting. Hubunganku dengan Dio pun baik-baik saja. Rasa canggung yang pernah muncul diantara kami seolah mampu hilang begitu saja dimakan oleh waktu.
Masa-masa kuliah pun dimulai. Aku sama sekali tak menyangka bahwa di semester pertama pun tugas-tugas sudah menumpuk. Malam minggu yang biasa menjadi jadwalku untuk bersama Reza pun kini harus tergantikan dengan tugas-tugas kuliah. Meskipun sesekali Dio membantuku menyelesaikan tugas, namun itu sama sekali tak mengurangi kejenuhanku atas tugas-tugas yang tak pernah berhenti.
Puncak kejenuhanku akhirnya tiba ketika hampir dua bulan aku sama sekali tak pernah pergi bersama Reza. Meskipun kami sesekali bertemu di kampus, tapi itu sama sekali tidak membantu.
“Heeii Ann,. Kamu gambar apaan sih itu?” tanya Dio yang sedang mengerjakan tugas bersamaku.
“Hah? Apaan?”
“Ituu!” ucap Dio sambil menunjuk ke arah kertas gambar berukuran A4.
Dengan penuh tanda tanya aku melihat ke arah kertas yang dimaksud oleh Dio.
“Ya ampuunn!! Ini kenapa jadi begini sih??”
Entah apa yang merasukiku, tanpa sadar aku mengubah gambar yang seharusnya bermakna menjadi coretan-coretan yang tak beraturan.
“Kamu kenapa sih? Perasaan belakangan juga kalo ngerjain tugas suka ngga fokus deh”
“Dio, kayaknya aku kurang vitamin C deh”
“What?? Lagi ngga enak badan? Yauda bentar deh, aku ambilin vitamin di kotak obat. Kayaknya ada vitamin C kok” ucap Dio sambil mengubah posisi dari yang sebelumnya duduk menjadi berdiri.
“Eh eh eh tungguuu!! Bukan itu maksudku!” ucapku segera sambil menahan kaki Dio yang hendak melangkah.
“Hah? Trus apaan?” tanya Dio lengkap dengan ekspresi wajah yang dipenuhi tanda tanya.
“Maksudku kurang vitamin C itu vitamin Cinta” ucapku sambil tertawa lengkap dengan pipiku yang memerah karena rasa malu, tak menyangka bahwa aku mengatakan hal sekonyol itu.
“What??!!”
Sambil kembali ke posisi duduk, Dio masih menunjukkan ekspresi kaget atas apa yang baru saja kukatakan. Dan aku pun tak tahu harus berkata apa lagi. Rasa malu yang menyelimuti diri ini seakan belum mampu untuk pergi.
“Ya ampun, lebay banget sih Ann. Masa cuma gara-gara kayak gitu kamu langsung ngga fokus gini ngerjain tugasnya? Plis deh Ann, fokus! Ini tugas buat lusa loh!” ucap Dio dengan nada tegasnya.
“Ya aku tahu. Tapi gimana ya Dio, aku uda jenuh banget. Masa dua bulan berkutik sama tugas mulu, ngga ada refreshing sama sekali?! Ngga tau deh kemarin itu uda yang keberapa kalinya aku nolak ajakan Reza buat jalan bareng”
Dengan sedikit semangat aku kembali memperbaiki gambar yang masih dipenuhi oleh coretan-coretan.
Entah apa yang sedang dipikirkan, Dio sama sekali tak membalas ucapan terakhirku. Aku pun tak tahu lagi harus berbicara apa. Keheningan diantara kami pun tak mampu dihindari untuk beberapa saat.
“Yauda, kamu pergi aja deh” ucap Dio seketika memecah keheningan diantara kami.
“Ha? Apa? Pergi apa?” tanyaku yang tak mampu memahami maksud dari kalimat Dio.
“Kamu pergi aja sama Reza. Itu tugasnya biar aku yang lanjutin”
“Eh? Beneran? Serius Dio? Gapapa niihh?” tanyaku yang dilengkapi dengan senyuman.
“Iya” balas Dio singkat.
“Hwaaa makasii Dio!! Aku minta tolong banget yaa. Nanti balik aku bawain makanan deh yaa”
“Hhhmm, yauda buruan kabarin Reza sana gih”
“Iya, aku pulang dulu yaa. Bye Dio! Semangat ngerjainnya! Hehehe” ucapku penuh semangat sambil meninggalkan rumah Dio.
Setelah hari itu setiap aku mau pergi dengan Reza, Dio selalu dengan murah hati bersedia membantu menyelesaikan tugas-tugas kuliahku. Hingga tiba saat dimana hampir setiap hari setelah pulang kuliah aku harus ikut bersama Reza hingga malam hari. Tidak, itu bukan untuk jalan bareng atau menghabiskan malam dengan sia-sia, tetapi untuk menyelesaikan tugas kuliah Reza membuat film pendek.
Setiap hari aku membantu Reza dengan berperan sebagai salah satu pemeran utama di film tersebut. Kondisi cuaca dan lokasi yang terkadang tidak menentu membuat terkadang kami harus melakukan beberapa take untuk mendapatkan hasil yang sesuai. Tiga hari berlalu begitu saja, selama tiga hari itu pula aku sangat terbantu oleh Dio yang dengan murah hati mau membantu menyelesaikan tugas kuliahku.
Namun, tampaknya kemurahan hati Dio tak bertahan lama. Karena dihari kelima aku membantu Reza, tepat setelah pulang kuliah saat aku dan Reza sedang bersiap untuk pergi ke lokasi pengambilan gambar berikutnya, Dio datang dan mengatakan hal yang tak mampu kumengerti.
“Anne, bisa ngomong bentar?” tanya Dio yang baru saja tiba dihadapanku dan Reza.
“Sure. Ada apa Dio?” balasku.
“Ikut aku bentar deh”
Kuikuti langkah kaki Dio yang menjauh dari Reza. Dan setelah jarak kami cukup jauh dari Reza, Dio menghentikan langkahnya.
“Ada apa Dio?”
“Ini Anne” ucap Dio sambil memberikan beberapa kertas gambar dan buku tulis.
“Ini tugas-tugas aku kan? Uda selesai kah?” tanyaku dengan senyum yang penuh semangat.
“Belum. Aku nggak bisa bantu kamu nyelesaiin tugas lagi ya Ann. Aku minta maaf”.
——— BERSAMBUNG ———
Part Selanjutnya :
Baca Juga:
payung payung payung
6 thoughts on “[PART 4] Hujan di Bawah Payung”